Kecil - Kecil Punya Karya "Andini & Syifa Dreams" Oleh Sophie Angelique Nasution Isi buku Kenalan dengan para tokoh, yuk! The Wonder Girls membuat ulah lagi! Ke Kidzania. pengumman lomba bulutangkis dan berenang. Saatnya lomba bulutangkis! This is shopping time! Sakit! Akhirnya impianku terwujud. Bye All. Kenalan dengan para tokoh, yuk!: Andini Rahma Itu namaku! Nama panggilanku Andini. Aku adalah tokoh utama dalam buku ini. Aku ini tomboi. Tapi, aku ingin berusaha untuk menjadi feminin. Dan, berhasil, karena aku di bantu oleh seseorang. Hmmm..... siapa, ya? Impianku adalah menjadi kakaknya Syifa karena. Diana Fitri Dia adikku. Dia adalah anak yang periang. Tapi, di TK-nya ada seorang musuh. Yaitu, Fatimah. Kalau dia dan adikkku bertemu, pasti akan berantem dan dilerai oleh sahabatnya. Namanya Amara Difita Olivia. Dipanggil Amara. Adikku Feminin. Tetty Hertrinita Itu adalah nama mamaku. Dia lembut, dan kalau marah, tidak akan mengamuk. Aku sangat sayang padanya. Dan dia juga sayang padaku dan keluarga. Mamaku sangat jago memasak dan menjahit. Iman Santoso Dia ayahku. Dia baik, sopan, lembut. Dan kalau marah, dia hanya menatap tajam orang itu. Tapi, dia tidak suka kerja. Setiap pulang kerja ayahku langsung tidur dan makan. Tapi, aku sayang padanya. Syifa Ayu Shafira Panggilannya Syifa. Dia sahabatku dari kelas 2. Dia cantik, pintar dan jago silat. Kalau ada yang mencelakaiku, di akan memakai jurus silatnya, dan kalau diejek, akan ditampar keras - keras. Impiannya sama denganku, ingin menjadi menjadi adik dengan alasan yang sama. Amanda Aurellia Zoeri Dia musuhku dan Syifa. Panggilannya Amanda. Dia juga ketua geng The Wonder Girls. Dia sikapnya sombong, tulalit, nggak nyambung, licik, dan usil. Dia tidak terlalu gendut. Aisya Suci Dia antek - anteknya si Amanda. Panggilan akrabnya Aisya. Dia juga sama Sifatnya dengan Amanda. Dia bagian membuat ide untuk menjahili kami. Uuugh.... pokoknya nyabelin banget! Sering dijuluki orang suci palsu oleh semua anak kelas kami. Dia memakai kacamata berwarna ungu yang feminin asli. Audi Rahmadania Putri Panggilannya Audi. Dia juga antek - anteknya Amanda. Dia bagian memasang jebakan pada kami saat Aisya mengusulkan ide dan Amanda menyetujuinya. Dia pintar memata - matai orang. Dia bertubuh gemuk sama dengan Amanda The Wonder Girls membuat ulah lagi! Selamat pagi dunia! Aku terbangun dari tempat tidurku lalu masuk ke kamar mandi. Di kamar mandi, aku bersenandung riang. Selesai mandi, aku memakai seragam sekolahku yang keren abis. Baju dengan kantong lambang sekolahku, yaitu Rainbow School Ever, dan tulisan namaku. Aku memakai rompi berwarna merah yang juga bertuliskan namaku. Aku memakai rok putih selutut + ikat pinggang warna hitam yang juga bertuliskan nama sekolahku. Aku memakai sepatu hitam Homy Pad yang baru dan topi campuran warna merah dan putih yang juga bertuliskan nama sekolahku. Aku turun ke bawah untuk sarapan. Masakan mama pasti enak. "Ma, sarapan pagi ini apa, ma?" tanyaku yang penasaran. "Hmmm .... Nugget bentuk dinosaurus, Sayur bayem, Sup krim, zupa soup. Minumannya jus stroberi, air putih, teh manis hangat dan jus avokado yang segar," jawab mama panjang lebar yang membuatku tidak penasaran lagi. "Ayo, kesini, nak!" ajak ayah. Aku mengangguk. Lalu, aku melangkah lebih cepat lagi. Di meja makan, aku mengambil zupa soup dan sayur bayam dan juga nugget. enak, lho ( wah, sombongnyaaa .... ). "Ma, pa, aku berangkat dulu, ya," pamitku sebelum berangkat. "Iya Honey!" balas mama. Honey adalah panggilan "manis" dari orangtuaku. Hehehe .... Aku masuk ke mobil dan berangkat sekolah dan ayah berangkat ke kantor. Aku sampai di depan sekolahku. Aku turun dari mobil dan memberi salam pada ayahku. Setelah itu, aku memasuki sekolah, tentunya lewat gerbang sekolah. "Hai, Syifa," sapaku. "Hai, Andini," jawab Syifa. "Oya, tadi Wonder girls membuat ulah lagi! Tadi, dia menjegal kaki Shinta! Shinta sudah dibawa ke UKS oleh Miss Raina," cerita Syifa panjang lebar. Oya, Miss Raina adalah petugas UKS. "Oh, Andini dan Syifa yang jelata ini sudah tiba ke Istana milik kami, ya?" ejek sebuah suara yang terdengar angkuh dan cempreng itu memanggilku. Tentu saja, mereka Wonder Girl! "Oh, Wonderman yang cantik-cantik ini mau kemana? Ke pasar? Ke tong sampah atau menjadi pengemis?" kataku balas mengejek. Kulihat, Syifa diam saja dan tidak menengok ke belakang. Kelihatannya,dia akan membuat jebakan untuk Nona yang centil ini. Kelihatannya juga Amanda curiga pada Syifa. "Pssst .... Amanda!" bisik Aisya sambil membisikkan sesuatu. Amanda mengangguk - angguk. "Oh, pasti si jago taekondo ini ingin mambuat jebakan untuk kami, ya?" akhirnya ketahuan, deh! "Amanda ini, dari tadi ooooh, ooooh, ooooh terus. Apa tidak bosan, ya?" tanyaku sedikit mengejek. "Huh! Memang kenapa? Salah?" Mereka tidak putus asa. Tanpa mereka sadari, Syifa sudah berada di belakang mereka dan siap mengeluarkan jurus silatnya. Bag, bug! Terdengar sebuah suara seseorang memukul. Itulah Syifa! Mereka berlari menuju UKS. Tapi, sayang .... Kriiing .... Kriiing .... Kriiing .... Bel masuk berbunyi nyaring. Terpaksa nona-nona itu memasuki kelas. Miss Dina memasuki kelas. "Assalamualaikum anak-anak!" sapa Miss Dina ramah. "Walaikusalam Miss!" jawab anak - anak. "Hari ini, kita akan belajar tentang Lingkungan Alam," Miss Dina memulai pelajaran. Anak - anak mendengarkannya dengan serius, kecuali Wonder Girls. Mereka sedang asyik main facebook lewat handphonenya sendiri. 15 menit berlalu, tiba - tiba, seseorang melempar kemi berdua dengan sebuah kertas yang diremas - remas. "Hei, Miss Amanda, Miss Aisya, Miss Audi, kenapa kalian melempar - lempar kertas?" tanya Miss Dina. Ternyata Wonder Girl yang melempar kami! "Sebagai hukumannya, kalian harus membereskan sekolah. Amanda, bersihkan toilet, Aisya, bersihkan lapangan, Audi, bersihkan langit - langit kelas yang penuh sarang laba-laba!" perintah Miss Dina galak. Mereka hanya bisa mengangguk. Lalu, keluar kelas. Pelajaran kembali dilanjutkan lagi tanpa Wonder Girl. Kriiing .... Kriiing .... Kriiing .... Bel tanda istirahat berbunyi. Aku dan Syifa mulai menuju kantin yang ada dilantai 2 menggunakan Lift. Kalian sudah tahu perkembangan Zaman, kan? Setelah sampai, aku memesan Spagetti, minumannya jus stroberi, dan Syifa memesan keripik kentang dan minumannya Jus avokad. Setelah menunggu selama 10 menit, akhirnya, pesanan kami datang juga. Kami cepat-cepat menghabiskan makanan itu lalu ke perpustakaan. Setelah membaca buku, kami duduk di taman belakang. 2 menit berlalu dan kami melihat 3 orang yang berjalan ke arah kami. "Hei, kalian mengikuti kami!" kata Aisya yang memang dari tadi diam saja. "Halo," sapa aku dan Syifa hangat. Mereka tidak mengacuhkannya. "Puih," Amanda meludahi kami. "Hei, kamu itu tidak sopan tahu!" kata Syifa sambil mengelurakan jurus silatnya ke Amanda, Aisya, juga Audi. Mereka terjatuh ketanah, lalu kami berdua menginjak mereka bergantian. "Aw!" seru mereka bergantian. Kriiing .... Kriiing .... Kriiing .... Bel tanda masuk berbunyi. Kami masuk tanpa suara. Bel pulang Berdering. Kami pulang kerumah masing - masing. "Assalamualaikum," kataku saat tiba di rumah. "Walaikumsalam. Eh, anakku sudah pulang. Masuk," sambut mama hangat. "Lho, mana ayah?" tanyaku. "Kamu lupa, ya? Ayahmu, kan, kerja," jawab mama lembut. Aku menepuk kening. Artinya 'Oh, iya, aku lupa'. Aku memasuki kamarku yang ada di lantai dua. Aku mengganti bajuku dengan dress selutut berwarna merah dengan hiasan bunga mawar yang indah. Rambutku dihiasi oleh pita besar yang berwarna merah menyala dan bandana warna merah menghiasi rambutku. Aku mengambil laptop dan melanjutkan menulis KKPK yang berjudul "I Love My Story". Setelah itu, aku memainkan games Hamster ball. Tiba - tiba, Hpku berdering, lalala "Halo?" "Halo, ini aku Syifa." "Oh, ada apa?" "Bagaimana kalau kita ke Kidzania bersama. Kata ibuku boleh, kok." "Oke, aku tanya ke mamaku dulu, ya." "Ya." Tidak lama kemudian. "Boleh." "Oke. Besok, ya." "Oke." Klik! Aku menutup telepon. Aku segera kebawah untuk makan siang. Setelah makan, aku mengerjakan PR PKN-ku dari Mr. Riza. Setelah selesai, aku tidur. Selamat tidur semua! Ke Kidzania "Kak, bangun, kak!" seseorang membangunkanku. Ternyata Diana "Ya, kakak bangun," jawabku sedikit malas. Diana tersenyum lalu meninggalkanku. Aku turun dari tempat tidur lalu segera mandi. Setelah mandi, aku memakai T-shirt warna biru tua, rok dua tingkat warna biru belakangnya biru tua. Aku membiarkan rambut panjangku tergerai tanpa hiasan apa - apa. Tiba - tiba, Tininininit! suara hpku berdering. Aku mengangkatnya. "Halo!" "Halo, ini aku, Syifa." "Oh, ada apa?" "Kita ketemuannya di depan rumahku, ya." "Ya." "Pagi ini." "Oke." Klik. Aku menutup sambungan telpon. Aku segera kebawah untuk sarapan. Dibawah, sudah terhidang ayam goreng, sayur kangkung dan Chicken Cordon Blue. Minumannya, jus melon segar, teh manis hangat, jus alpukat, jus jeruk, jus stroberi dan susu. Pencuci mulutnya, yoghurt beragam rasa, puding coklat dan stroberi dan kue basah. Aku makan. Setelah itu, aku bertemu adik. "Diana, mau ke Kidzania, nggak?" tawarku. "Mau, kak," Diana setuju. "Siap - siap dulu, gih. Kakak mau ke ayah sama mama, mau minta izin dan uang Rp.500.000," kataku. "Baik, kak!" Diana segera pergi ke kamarnya, sedangkan aku ke ayah dan mama. "Yah, ma, boleh tidak, aku, Diana, dan Syifa ke Kidzania?" tanyaku. "Boleh saja. Asal, kalian nggak boleh berpencar, ya. Ini," jawab mamaku seraya memberikan uang sebanyak Rp.500.000. "Kami pergi dulu, ya," pamitku dan Diana bersamaan. Lalu, kami pergi ke rumah Syifa. Setelah sampai, kami memberi salam. "Assalamualaikum," salam kami berdua. "Walaikumsalam," jawab ibu Syifa yang bernama Mrs. Zalfa. "Bu, ada Syifa-nya, nggak?" tanyaku. "Ada, sebentar, ya. Syifa, ada temanmu, nih!" panggil Mrs. Zalfa. "Oh, ada Andini, ya. Kamu ngajak Diana, ya," tiba - tiba, keluarlah Syifa. Dia memakai baju dress sebawah lutut yang berwarna Pink muda yang feminin abis. Dia juga mengenakan stocking warna peach dan bandana rajut Pink tua. "Iya, kenapa?" tanyaku balik. "Enggak, nanya aja," jawab Syifa santai. "Cepetan Syif, waktu kita tinggal 1 jam lagi!" kataku yang mulai panik. "Oke, oke, aku tinggal pakai sepatu, nih!" Syifa juga panik. "Iya, kak. Cepat," ujar Diana yang sedari tadi diam terus mulai berbicara. Setelah Syifa memakai sepatu, kami berangkat menuju Kidzania dengan mobil milik Mrs. Zalfa dan Mr. Daffa. Mobil berjalan sangat cepat seperti roket. Setelah sampai, aku , Syifa, dan Diana segera memasuki gedung Pacific Place yang besar itu. Kami segera menuju ke lantai 6. Di lantai enam terdapat Kidzania.Setelah sampai, kami memesan 3 tiket yang total harga tiga tiket itu Rp.300.000. Kata petugas tiket itu, kami bisa segera masuk ke dalam. Sebelum masuk, kami diberi gelang terlebih dahulu. Di dalam, tas kami masing - masing diperiksa tidak boleh membawa makanan dan minuman. Setelah diperiksa, kami masuk ke arena Kidzania "Kita kemana dulu, kak?" tanya Diana. "Bagaimana kalau ke ACA asuransi dulu, alias pemadam kebakaran," usul Syifa. "Setelah itu, kita ke bogasari, ya," tambahku. "Ummm....baiklah," jawab Diana. Kami segera ke pemadam kebakaran. Setelah diberi pakaian pemadam kebakaran, petugas disitu menjelaskan bahwa tidak boleh bermain yang berhubungan dengan api di dalam rumah karena bisa kebakaran. Setelah itu, kami pemanasan dahulu. Setelah pemanasan, kami segera ke lokasi kejadian kebakaran. Setelah selesai kami digaji dengan uang Kidzos, yaitu, mata uang Kidzania. "Sekarang, kita ke Bogasari, setelah itu, bagaimana kalau kita ke Metro TV. Oke?" aku meminta usul. "Baiklah," jawab mereka berdua serempak. Kami segera menuju ke Bogasari. Disana, kami membuat kue pie buah. Kami juga digaji lagi. Setelah Cooking Time, kami ke Metro TV. Ternyata, aku menjadi presenter 1, Syifa presenter 2, dan Diana, tentang cuaca negara dan daerah. Setelah menjadi presenter, kami digaji lagi. Kami bermain di Kidzania sampai lupa waktu. Kami sudah bermain selama 5 jam! Kami segera pulang sambil membawa permen, chiki, lolipop dan steak. Kami pulang dengan membawa rasa. Capek, dan senang. Sesampainya dirumah, aku memakai piama dan tertidur lelap. Pengumuman lomba bulutangkis dan berenang Aku terbangun dari tidur lelapku. Aku segera masuk kamar mandi. Setelah mandi aku memakai baju seragamku ( teman - teman sudah tahu, kan? ). Setelah memakai baju seragamku, setelah itu, aku ke bawah untuk sarapan bersama. Setelah sarapan, aku masuk ke mobil ayahku dan berangkat sekolah. Sesammpainya di sekolah.... "Syif, kita ke mading dulu, yuk!" ajakku setelah kami berdua menaruh tas kami di bangku kita masing - masing. "Yuk," jawab Syifa. Di jalan, kami bertemu Shinta. "Hai Shinta," sapaku ramah dan hangat. "Hai,"sapa Shinta balik. "Kamu sudah sembuh?" tanya Syifa kepada Shinta. "Sudah," jawab Shinta pendek. "Kami pergi dulu, ya. Pengin ke mading," pamitku kepada Shinta. "Ya, aku juga mau ke kantin," Shinta pergi. "Yuk, Syif," ajakku karena melihat Syifa bengong. "Eh....euh.... iya," Syifa tergagap - gagap. Lalu, kami segera ke mading dengan berlari. "Aku menang," kata Syifa. Kami memang berlomba lari. "Yah, aku kalah," kataku mengeluh. "Hahaha.... sudahlah. Tuh, madingnya sudah dekat." "Oke." Kami melihat sebuah pengumuman terpajang di mading. Ternyata, pengumman lomba bulu tangkis. Kami berdua ingin mengikuti lomba itu. Tidak ada bayarannya alias gratis. Hahaha..... "Kita ikuti, yuk," usul Syifa. "Yuk. Tapi, kita daftarnya dimana?" tanyaku sambil mencari - cari cara untuk mendaftar. "Ini, disini. Kita harus daftar di Miss.....," ucapan Syifa terpotong dengan bel masuk kelas. Kami segera berlari menuju kelas tapi tidak dengan lomba lari. "Dengan Miss Queen. Kita mendaftarnya nanti saat istirahat saja," ujar Syifa sambil terus berlari. Akhirnya, kami sampai di kelas V dan tepat waktu! Kami masuk kelas dan duduk di kursi. Miss Diandra datang. Pelajaran segera dimulai. Yaitu pelajaran sosial. Saat pelajaran berlangsung, aku mengusulkan sesuatu tapi tidak memberitahukan kepada Syifa karena tidak boleh mengobrol saat belajar. Aku tahu apa yang akan kami lakukan saat istirahat selain mendaftar, yaitu ingin mengajak Syifa ikut lomba itu juga. Kriiing.....Kriiiing....Kriiiing....bel istirahat berbunyi. Aku dan Syifa ke ruang guru untuk menemui Miss Queen. Setelah mendaftar, aku dan Syifa segera ke kantin. Aku memesan kebabs dan Syifa memesan Spaghetti. Di kantin kami berdua berbincang - bincang sambil menunggu pesanan kami. "Syif, mau gak kamu ikut lomba juga? Tapi, kamu harus janji, ya? Oke," aku mencurahkan isi hatiku tadi saat jam pelajaran berlangsung. "Oke. Dan, aku mendaftarnya besok." Akhirnya Syifa setuju agar aku tidak memohon - mohon untuk ikut lomba. "Oke," kataku. Kriiing .... Kriiing .... Kriiing .... Bel berbunyi lagi. Kami masuk kelas. Sekarang, pelajaran bahasa inggris dan matematika. Setelah itu pulang. Kriiing .... Kriiing .... Kriiing .... bel pulang berbunyi. Aku dan Syifa segera pulang ke rumah. "Assalamualaikum, ma, yah," salamku ketika sampai di depan rumah. "Walaikumsalam," jawab mama dari dalam. "Mama bukakan pintunya,ya," "Iya," jawabku. Setelah dibukakan, aku langsung menuju kamarku untuk berganti baju. Aku memakai Tanktop warna peach muda, rok 3 tingkat yang berwarna merah, kuning, hijau yang cantik dan tidak terlalu feminin dan menor. Rencananya, kami berdua akan bertemu di taman kompleks untuk latihan bulutangkis. "Ma, aku mau makan," pintaku. Mama mengangguk lalu mengambilkan makanan untukku dan Diana yang baru bangun dari tidur siangnya. Ternyata, aku memakan nugget dan sayur bayam. Minumannya, jus apel yang segar. Dessertnya adalah yoghurt, agar - agar, cheese cake dan pizza buatan mama sendiri. Kalau Diana, dia memakan omelet dan sayur kangkung. Minumannya jus jambu yang segar pula. Dessertnya sama juga denganku. "Ma, aku habis makan, lalu tidur siang. Habis itu, aku ingin latihan bulu tangkis dengan Syifa. Boleh tidak? Oya, tadi aku mendaftar lomba bulutangkis dengan Miss Queen. Syifa juga. Boleh tidak?" tanyaku. "Boleh sayang. Tapi, kalau ingin bertanya, jangan panjang lebar, ya. Singkat saja," kata mama. "Iya, ma," jawabku. Selesai makan, aku ke kamarku untuk tidur siang. Setelah tidur siang, waktu sudah menunjukan pukul 15.00 dan aku janjian dengan Syifa di taman pukul 15.30. Aku harus bersiap - siap. Aku mandi. Setelah selesai mandi, aku memakai T-shirt warna biru muda dengan celana training warna biru muda. Aku mengepang rambutku dua dan jepitan warna ungu menghiasi rambutku yang panjang sepinggang. Aku mengambil raketku dan kok. Aku pamit pada ibuku untuk pergi ke taman. Sesampainya di taman.... "Hai, Syifa," sapaku ketika melihat Syifa yang duduk di kursi taman. "Hai juga Andini," sapa Syifa balik. "Kita langsung latihan, yuk," ajak Syifa. "Yuk." Kami segera bermain sekaligus berlatih bulutangkis di taman kompleks. Setelah lelah, kami membeli minuman dingin di warung kecil. Setelah pulih kembali, kami melanjutkan latihan. "Eh, pulang, yuk. Sudah pukul setengah enam," kataku. Syifa mengangguk. Lalu, kami pulang. "Assalamualaikum,ma. Andini pulang," salamku ketika sampai di rumah. "Walaikumsalam. Iya, nak," balas mama. "Lho, kok, ayah sudah pulang?" ujarku yang kaget ketika tiba - tiba melihat ayah sudah pulang. Ayah sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton TV. "Iya, nak. Ayah pulang cepat karena tugas ayah di kantor sudah selesai semua. Oya, besok ayah juga libur. Bagaimana kalau besok kita sekeluarga berenang. Tapi, pulang sekolah," ayah menjelaskan panjang lebar. "Asyiiik... tapi, boleh ngajak Syifa, nggak?" tanyaku. Memang, pertandingannya Minggu depan hari Rabu. "Boleh, kok," jawab ayah dan ibu serempak. "Oke. Aku beritahu Syifa dulu, ya," kataku. Aku langsung ke kamarku. "Halo, bisa bicara dengan Syifa?" "Halo, ya, saya sendiri." "Syif, kata ayahku, besok kita berenang!" "Beneran Sof? Asyiiik." "Tapi, besok pulang sekolah. Siap - siapin dulu, gih." "Ya," Klik! Aku mematikan sambungan telepon. Pasti, sekarang Syifa lagi siapin baju untuk renang besok dengan cepat - cepat. Setelah itu, aku mandi. Setelah mandi, aku memberitahu Diana. Diana juga senang sekali . Aku terbangun dari tempat tidurku. Aku segera ke kamar mandi dengan semangat 48. Setelah mandi, Aku memakai baju. Setelah memakai baju, aku sarapan dan setelah itu aku berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah... "Syifaaa....!" panggilku ketika melihat Syifa. Syifa menoleh kepadaku dan mengejarku. "Sophieee....!" teriak Syifa. Kami berpelukan. Setelah berpelukan, kami baru menyadari tadi saat acara peluk - pelukan, ada tiga anak yang menonton kami. Yaitu, Amanda, Aisya dan Audi. "Halooo..... gak ada kerjaan, ya, selain peluk - pelukan," kata Audi sangat angkuh. "Iya, nggak ada....," ucapan Amanda terputus oleh bel. "Kasihan deh looooh," kataku dan Syifa sambil berlari ke kelas. "Huuuh!" koor Wonder Girl serempak. Pelajaran berlangsung. Kriiiing....Kriiiing....Kriiiing....bel pulang berbunyi. Aku dan Syifa kegirangan karena akan segera berenang ( hehehe... penulisnya nulis berenang karena penulisnya juga mau berenang. ). Waktunya berenang! Aku membawa tasku untuk membawa perlengkapan berenang ( bukan perlengkapan untuk membuat kolam renang. ). "Yah, aku sudah siaaap!" kataku yang saaaaaaaangat kegirangan ( lebay, ya?). "Oke, kita kerumah Syifa dulu, baru ke kolam renang. Oke?" kata ayahku. "Oke," jawabku. Kami sekeluarga segera ke rumah Syifa. Setelah menjemput Syifa, kami ke kolam renang. Sesampainya di kolam renang..... Byuuuur..... kami berdua mencelupkan diri ke kolam renang. "Suegerrr," kata kami berdua kompak. Kulihat, di tepi kolam renang, ada orang bule yang berprofesi untuk menjadi turis di Indonesia dan kolam renang ini. Kurasa, mereka artis - artis luar negeri karena banyak yang mengerubunginya. Aku dan Syifa baru menyadarinya bahwa itu adalah Selena Gomez. Kami berdua tidak memedulikannya karena kami sedikit lupa bahasa Inggris karena keasyikan berlibur terus. Kami berenang selama 2 jam. Kami pun disuruh pulang oleh mama. "Baik, ma," jawabku. Aku dan Syifa segera mandi dan mengganti baju. Setelah mandi, kami pulang. Saat di perjalanan, kami mengantuk . Besok harinya, ini adalah hari libur. "@ujfufudtw%jsyhf7njfu$8rjdgtfjsgtf," aku berceloteh yang tidak jelas. "Kakak bicara apa, sih?" tanya Diana yang kebetulan lewat. "Bahasa alien," ujaku sambil terkikik. "Kakak ini. Tidak jelas," ujar Diana. "ANDINI! BANGUN!," teriak mama. "Iya, ma. Aku udah bangun dari tadi," jawabku. "Oh, ya sudah. Makan dulu, nak," perintah mama. "Iya," ujarku malas. Aku segera kebawah untuk makan. Setelah makan, aku mengambil laptop ungu milikku. Aku membuka facebookku. Aku mengetik emailku: SophieAngeliqueNasution@yahoo.com. Lalu, passwordnya: *********. Sederhana bukan? Aku langsung Login. Ada 3 tawaran Friends. Aku membukanya ternyata, dari Amanda, Aisya, dan Audi. Aku tidak akan add dia bertiga. Aku lupakan saja. Aku memainkan Fashion Worldku. Ternyata, laku terjual! Wah, aku beruntung sekali. Aku langsung membuat baju lagi. Selesai. Aku buka lagi tokoku. Wah ada tawaran Fashion Show lagi. Langsung kuklik orangnya. Temanya, Summer. Aku bermain laptop selama tiga jam! Wah aku tidak sadar, tuh! Begitu aku menyadarinya, langsung aku log out dan mematikan laptopku. Dan, aku tidak sadar lima pesan dan tiga missed call terdapat di HPku. Aku menyadari. Wah! Saatnya Lomba Bulutangkis! Sekarang, hari dimana lomba bulutangkis berada. Wah, senangnya aku. Aku langsung bersiap - siap untuk berangkat ke sekolah. Setelah sarapan, aku berangkat ke sekolah. "Hai, Syifa. Siap untuk lomba bulutangkis?" tanyaku sedikit menantang. "Ya, aku siap! Bagaimana denganmu? tanya + jawab Syifa. "Aku juga udah siap, tuh. Ke kantin, yuk!"ajakku. "Yuk," jawab Syifa. Kami segera ke kantin. Setelah makan kami masuk kelas tanpa bel. Karena belnya rusak. "Assalamualaikum, anak - anak. Maaf, belnya rusak. Jadi, kalian masuknya berantakan," ujar Miss Diandra. "Walaikumsalam. Iya, bu," jawab anak - anak termasuk aku dan Syifa. "Oke, sekarang, kita mulai pelajarannya," kata Miss Diandra sambil menuliskan soal di papan tulis. Kami pun segera menuliskannya. "Oke, anak - anak, sekarang, buka buku Science halaman seratus limu puluh tujuh," perintah Miss Diandra. Kami segera membuka buku Science kami halaman seratus lima puluh tujuh. "Anak - anak, sekarang kalian boleh istirahat," kata Miss Diandra. "Horeee...," seru murid - murid. Anak - anak segera berhamburan keluar kelas. Miss Diandra hanya geleng - geleng kepala. Kalau saja pakai bel mereka teratur. Kalau tidak, mereka tidak akan teratur. "Sof, kita ke kantin, yuk!" ajak Syifa. Aku mengangguk. Kami segera makan untuk mengisi perut kami. Setelah itu, kami ke perpustakaan untuk membaca buku olahraga bulutangkis agar bisa mengalahkan tim lawan. Tiba - tiba, "Anak - anak yang mengikuti lomba bulutangkis, segera ke lapangan untuk berlatih. Sekali lagi, anak - anak yang mengikuti lomba bulutangkis, segera ke lapangan untuk berlatih. Terima kasih," "Syif, ayo, kita kelapangan," kataku buru - buru. "Ayo," "Anak - anak, sekarang, kita latihan. Andini dan Syifa melawan Audi dan Shinta," kata Mr. Tono, guru olahraga kami. Kami semua mengangguk. Lalu, bertanding. "Anak - anak, istirahat." Kami semua segera ke kantin untuk makan. Setelah makan, kami ke perpustakaan untuk meminjam buku yang tadi kami baca selama 2 hari. Tiba - tiba, Priiiit suara pluit Mr. Tono berbunyi tanda untuk latihan lagi. Aku dan Syifa segera menaruh buku itu di kursi pinggir lapangan. Latihan ini selesai juga. Rencananya, pertandingannya di lapangan bulutangkis pukul 15.00. "Kalian boleh pulang," kata Mr. Tono akhirnya. Kami segera pulang . "Assalamualaikum," salamku dan Syifa. Syifa memang meminta izin menginap dirumahku selama 1 bulan. "Walaikumsalam," jawab ayah, "Lho, kok, ada Syifa, sih?" "Iya, yah. Kata Syifa sendiri, dia menginap selama 1 bulan disini. Boleh nggak?" tanyaku. "Boleh, kok," jawab ayah. "Yah, kita belanja baju bulutangkis, yuk," ajakku. "Kata Mister Tono, pertandingannya dimulai pukul tiga sore, yah. Dan katanya, disuruh membeli baju bulutangkis warna biru," "Ya, sudah. Kalian ganti baju untuk pergi dulu, baru berangkat," kata ayah. "Baik, ayah," kataku sambil berlari kekamar. Dikamar, aku memakai dress sampai di bawah lutut yang berwarna Pink muda. Rambutku kupakaikan bando yang berpita belakang yang berwarna peach. Sedangkan, Syifa mengenakan baju yang sama sepertiku agar kelihatan kakak beradik. "Tadaaa!" seru kami berdua di depan ayah. "Mister Ferdinand, coba tebak, mana Syifa dan mana Andini," Syifa dan aku membuat teka - teki. "Hmmm....pasti yang ini Andini dan yang ini Syifa," tebak ayah. "Salah, ayah. Kebalik. Ini aku dan ini Syifa," ujarku sedikit kesal. "Oke, kita langsung berangkat, ya," ujar ayah yang mengalihkan pembicaraan karena malu. "Hahaha... oke, ayah mengalihkan pembicaraan karena malu, kan?" tanyaku sambil tertawa. "Iya, iya, ayah salah, hehehe...," ujar ayah terkekeh - kekeh. "Oke," aku langsung menuju mobil setelah itu, kami berangkat. Sesampainya di MOI.... "Ayah, yang ini aja, yah. Yang ini ukurannya pas untukku," tunjukku kepada sebuah baju yang kupegang. "Oke, kalau menurutmu itu bagus. Oya untuk Syifa, kamu pilih bajumu yang mirip dengan Andini tapi ukurannya beda. Om akan membayarnya, kok," kata ayahku. "Ah, tidak usah Mister," ujar Syifa malu- malu. "Sudahlah Syifa, tidak perlu malu - malu," kataku kepada Syifa. "Ya sudah, kalau anda memaksa," kata Syifa sambil menyerahkan baju ukuran yang pas untuknya. "Oke, sekarang kita beli sepatunya," kataku dan Syifa bersamaan. Ayah tertawa. Setelah sampai di tempat khusus sepatu olahraga. Kami berdua memilih yang berwarna Peach karena kata Mr. Tono, sepatu boleh memilih sendiri. "Pulang, yuk. Sudah pukul dua siang, nih," ujarku panik. "Oke, kita harus berlari ke mobil agar tidak terlambat," kata Syifa. Kamipun segera ke Stadium bulutangkis. Sesampainya di stadion, kami berganti baju. Setelah ganti baju, kami segera ke belakang stadium. Setelah dipanggil, kami keluar dari ruangan yang pengap itu dan berbaris lagi. Aku dan Syifa melawan Amanda dan Audi, sedangkan Aisya dan Rani melawan Shinta dan Jian. Setelah pertandingan selesai skor menunjukkan nilai 10-8. Itu, artinya aku dan Syifa menang! setelah diberi hadiah dan piala, kami dipersilahkan pulang. "Syif, kita beruntung, ya, menang," kataku yang merasa hatiku berbunga- bunga sama seperti Syifa. "Iya, aku juga seneng banget menang, tapi, aku mikirin si Wonder Girl. Mereka mau nyadar diri, nggak, ya?" Syifa berpikir. Aku juga ikut berpikir. "Sudahlah, jangan dipikirkan, nanti kamu pusing, deh," kataku. Syifa mengangguk dan berjalan menuju mobil. Setelah sampai di rumahku, kami menyimpan piala di lemari khusus piala di ruang keluarga. Setelah itu, kami mengobrol. "Syif, bagaimana, kalau setiap minggu, pialanya tukeran tempat? Misalnya, satu minggu di rumahku dan satu minggu lagi dirumahmu. Jadi, bergantian yang memegang dan merawat piala itu?" usulku. "Wah! idemu bagus juga! Great idea Andini," puji Syifa. Mukaku merah merona karena malu. "Ah, kamu ini! bisa membuat kata - kata yang bisa memuji orang sampai malu. Dari dulu, lagi!" pujiku balik. Sekaran gantian, Syifa yang mukanya merah. "Kamu juga, tuh! Nggak nyadar, ya?" puji Syifa lagi. "Lho, kok, jadi kontes puji memuji, sih? Hahaha...," kami tertawa bersama sambil terus mengobrol seru. . This is shoping time! Aku terbangun dari tidurku yang nyenyak sekali tadi malam. Aku segera ke kamar mandi di kamarku. Setelah mandi, Aku memakai baju olahraga. Baju olahragaku juga keren, campuran biru dan putih. Baju yang berwarna biru putih dan di punggungnya ada tulisan nama sekolahku. Celananya berwarna biru. Aku kebawah untuk sarapan. Ternyata, menu hari ini adalaaah, makanan dari Mcdonald. Semua menu yang ada di Mcdonald, mama beli. Wuiiiih, mau, dong! Kayaknya enak, tuh ( emang enak. Dasar Andini ). "Ma, aku pengin kentang goreng dan Fried Chicken, dong," pintaku sedikit memelas. Semua menatapku tajam. "Sabar, dong Andini. Kita semua juga mau makan, tapi kita harus baca do'a bersama dulu, dong," tegur ayahku. Pipiku memerah, menahan malu. Kalau sampai meledak, pasti tambah malu lagi, deh! "Iya, deh. Aku juga belum tahu, makanya aku juga hampir dimarahi oleh ayah," ujarku sedikit kesal tapi dengan tersenyum. Semua membalas senyumanku. Tapi, Diana berhenti bersenyum. "Kok, jadi acara senyum senyuman, sih," aku memotong pembicaraan Diana. Diana hanya menggerutu dan mencibir. "Hahaha....," tawaku. "Sudah, sudah, kita berdoa dulu. Sehabis berdoa, makan dan sehabis makan tidur," sela ayah. Semua mengangguk dan menengadahkan tangannya dan berdoa. Setelah berdoa, kami makan siang dan tidur siang. Setelah tidur siang kami diajak oleh ayah ke Mall Taman Anggrek. Ayah juga membolehkan aku mengajak Syifa. Syifa senang sekali. Well, back to the story. "Ayah, cepat ganti bajunya. Lama sekali, sih, gerutuku. "Iya, sabar dong, nak," teriak ayah dari atas. Aku kesal. Sebagai penghibur diri, aku nonton film yang lucu - lucu aja. Aku mulai mengambil remote TV dan menonton dengan tenang. Lima menit kemudian..... "Yuk, berangkat," Diana mengagetkanku. "Eh...uh...iya," aku menjawab dengan terbata - bata. Sesampainya di Mall Taman Anggrek.... "Kita shopping dulu, ya?" usul mama. Semua mengangguk. Kami langsung menuju arena shopping. Disana, aku membeli gaun untuk jaga - jaga kalau ada pesta. Dan, satu lagi, yang khusus untuk gaul. Celana jeans warna abu - abu yang lumayan ketat, dan baju yang tidak ada lengannya dan berwarna hitam yang juga menurutku gaul abiss. Sedangkan Syifa membeli gaun saja. Gaun Princess Belle dan Cinderella. Mama membeli sebuah baju formal Ratu Inggris. Sedangkan ayah, membeli baju yang biasa - biasa saja, dan katanya, khusus untuk dirumah saja. "Bagaimana, kalau sekarang kita ke Ice Skating? Disana dingin. Tapi, kita, kan, sudah bawa sweater dan sarung tangan. Sehabis main ice skating, kita ke Timezone. Lalu, kita makan siang di Hoka - hoka bento, baru pulang," usulku panjang lebar. Tapi, semua mengangguk. Fiuuuh....untung saja mereka setuju, kalau tidak, aku akan dimarahi oleh orangtuaku nanti saat sudah sampai rumah. "Yuk, kak. Kok, malah bengong, sih?" tanya Diana yang segera membuyarkan lamunanku. Aku mengangguk dan berlari menyusul mereka yang sudah sampai di barisan ice skating. Memang, kebetulan barisan ice skating tidak jauh dari tempat kami berdiri tadi. Akhirnya, kami dibolehkan oleh petugas disana untuk bermain ice skating. Kami sangat senang karena kebetulan aku, Syifa dan Diana sudah lancar bermain skating. Kami bersenang - senang sampai lupa waktu. "Anak - anak, sudahan dulu. Kalian sudah bermain selama tiga jam, lho! Katanya juga mau ke Timezone? Ayo kita segera kesana," teriak ayah dari pintu masuk dan keluar arena Ring ice. Kami mengangguk dan segera menghampiri ayah dan mama yang sudah menunggu lama. Kalian tahu kami sudah jatuh berapa kali? Aku beritahu, ya. Aku jatuh 8 kali. Syifa jatuh 11 kali dan Diana 30 kali. Maklum, dia masih kecil dan masih belum bisa menjaga keseimbangan. "Lho, kok, mata Diana merah, sih? Habis nangis, ya?" tanya mama. "Iya. Diana jatuh 30 kali," jawab aku dan Syifa serempak. Mata kami berkaca - kaca karena melihat Diana yang masih TK A itu menangis ( gak perlu sedih juga, ya? Mereka aneh, masa gitu saja sedih? Oke, kita lewatkan bagian ini ). "Ya sudah. Kita pulang saja. Kapan - kapan lagi, kalian boleh ke Timezone. Ya?" mama menawari. Kami mengangguk. Lalu pulang. Sakit! Pagi yang cerah buatku dan Syifa. Aku dan Syifa segera bangun, mandi, sarapan dan berangkat ke sekolah dengan mobil milikku. Syifa masih menginap dirumhku, lho. Dia baru menginap 14 hari dirumahku. Sampai di sekolah, aku dan Syifa ke ruang melukis dan segera menggambar disitu. Aku menggambar dengan tema pedesaan dan Syifa menggambar dengan tema sekolahku yang bersih. Setelah selesai melukis, kami ke kantin. Aku memesan mie goreng dan Syifa mie rebus. Sebelum pesanan datang, kami berdua ingin kekamar mandi sekolah. Kami berlari menuju kamar mandi sekolah. Tanpa kami berdua ketahui, makanan kami sudah datang, dan tiba - tiba ada tiga orang anak yang sembunyi - sembunyi membuat jebakan untuk kami berdua. Mereka menaburi sambal yang banyak, racun, cuka, obat diare dan semacam bubuk yang tidak kami ketahui. "Syif, kita langsung ke kantin saja, yuk. Nanti, pasti makanan kita sudah datang," ajakku sambil menarik tangan Syifa menuju lift dan segera ke kantin. Sesampainya di kantin...... "Andini, disitu sudah ada pesanan kita berdua, lho. Kita segera santap, yuk," sekarang gantian Syifa yang menarik tubuhku. "Hmmm..... makanan ini sangat enak," kata kami berdua serempak. Penjaga kantin yang bernama Mrs. Fina itupun tersenyum senang. "Terima kasih anak manis," ujar Mrs. Fina. Kami berdua mengangguk. "Terima kasih kembali Mistress Fina," kami berdua menjawab. Tiba - tiba, datang geng Wonder Girl. "Mampus kalian berdua, hahaha....," mereka tertawa seperti nenek sihir yang sedang batuk. "Hahaha.... kalian tertawa seperti nenek sihir yang sedang batuk," tawaku sambil melanjutkan makanku. Syifa ikut tertawa dan kembali makan. Sekarang, mereka tersenyum bangga. "Pokoknya, kami yang akan menang!" seru Aisya sambil tersenyum yang berbentuk bibir doer. Mereka segera menuju kelas karena sudah bel. "Terserah kamu orang suci palsu," balas Syifa angkuh. Mereka hanya mencibir. Kita berdua kembali tertawa karena lucu akan cibiran mereka. Selama pelajaran berlangsung, kami berdua merasa sakit kepala yang sangat dahsyat. Wonder Girl masih tersenyum bangga seperti patung. Tiba - tiba, kami berdua pingsan. Setelah siuman.... Aku terbangun. Kulihat, Syifa masih pingsan. Aku memegangi kepalaku. Kepalaku sangat panas. Syifa juga. Beberapa menit kemudian, Syifa siuman. Kami berdua merasa ingin kekamar mandi dan kembali sakit kepala yang lebih dahsyat dari yang tadi saat jam pelajaran berlangsung. Kami berdua kembali pingsan. Kami berdua kembali siuman disebuah rumah sakit yang sangat besar. Yaitu, RS Kasih Bunda. Itu rumah sakit khusus anak - anak. Kami berdua mulai bertanya kenapa kepada orangtua kami masing - masing kenapa bisa pingsan disekolah, kami kenapa bisa dirumah sakit dan bla .. bla... bla.... Kami bertanya sangat banyak. Orangtua kami menjawabnya dengan tenang. Sekarang, kami tahu apa jawabannya, kami berdua mengalami diare yang sangat parah. Kami berdua harus diopname dirumah sakit karena kondisi kami berdua sangat kritis. Kata dokter, kami hanya diopname selama 3 bulan saja. Tapi, menurut kita berdua itu sangatlah lama. Mending, kami tidak memikirkan itu karena bisa mengubah waktu yang lama menjadi sebentar. Lalu, kami tertidur. Akhirnya Impianku Terwujud Setelah 3 bulan diopname di rumah sakit Kasih Bunda, kami sudah sembuh. Hari ini hari Minggu. Jadi, kami tidak masuk sekolah. Sekarang, kami berdua diizinkan menginap berdua di hotel Wisma Jaya oleh orangtua kami berdua. Kami menginap disini hanya berdua saja. Jarak antara sekolah dan hotel Wisma Jaya tidak terlalu jauh, hanya menaiki mikrolet 1 kali. Menurut dokter, kami berdua keracunan makanan. Aku dan Syifa tahu siapa yang melakukannya. Pasti The Wonder Girl karena waktu itu Wonder Girl tertawa - tawa bahagia, senyum dan mengatakan "Pokoknya, kami yang akan menang!" dan "Mampus­­ kalian berdua, hahaha....,". Uuuh.... aku sangat benci mereka. Masa, bercanda saja sampai keterlaluan begini. Tapi, amarahku terobati karena mendengar orangtua Syifa memperbolehkan Syifa menginap disini selama 4 tahun ( lama bener, ya? ). Besok harinya.... "Syif, kita sangatlah beruntung ya. Bisa menginap di hotel yang saaangat mewah," kagumku. Syifa mengangguk sambil memegangi kepalanya yang memang masih pusing sedikit. Akupun begitu. Makanya, kami mengobrol sambil tiduran. Ini sangatlah asyik karena ada taman, kolam renang dan ruang santai. Disini ada 13 lantai dan setiap 1 lantainya terdapat 15 kamar! Hmmm..... Kami mendapatkan kamar di lantai 8 kamar nomor 190. Disini terdapat 2 kamar mandi 3 kasur dan 5 AC ( air conditioner ). "Iya, ya. Bagaimana kalau minggu depan kita berenang?" tawar Syifa. "Oke," jawabku singkat. Kami sepakat untuk tidur karena dokter menyuruh kami untuk banyak beristirahat selama 2 bulan agar cepat sembuh. Minggu depan adalah hari terakhir kami deperisirahatkan. Yaitu, maksudku sudah dua bulan kami istirahat. Setelah tidur..... "Syifa, bangun, sudah jam lima, nih. Kita belum mandi!" seruku lantang. Syifa langsung terbangun dan langsung duduk begitu saja, dia kaget. "Kalau mau bangunin, pelan - pelan, dong," Syifa menggerutu. Aku tergelak. "Iya, Sorry, sorr, sor, so, s, ya," aku meminta maaf. Syifa mengangguk dan langsung menuju satu kamar mandi. Aku menyusul ke kamar mandi yang satunya. Setelah mandi, kami makan sore ( karena makannya sore ) karena terlambat. Selesai makan, kami menuju taman untuk bermain. Kami hanya duduk di sebuah ayunan yang berwarna - warni. "Sof, udara di sore hari memang sejuk, ya," kata Syifa. "Iya. Tapi menurutku, lebih sejuk di pagi hari," ujarku. "Bagaimana kalau besok, pagi - pagi kita ke taman?" tanya Syifa, "Oke?" "Oke." Kami segera memasuki hotel untuk menonton Franklin and Friends, Turtle Island, Shanmao and Jimi, Code Lyoko dan Dragon Warior ( seperti nama sepatu, ya? Sepatu Warior rekat ). Setelah selesai, kami tidur. Setelah 4 tahun berlalu.... Kami berdua sudah kelas IX ( sembilan alias kelas tiga SMP ). Nama SMPku dan Syifa adalah Ranum Sari Bunga. Singkatan dari SMP adalah Sekolah untuk S, Menengah untuk M dan Pnya untuk Pertama. Jadi, sekolah menengah pertama. "Syif, kenapa, sih, Wonder Girl selalu mengikuti kemana kita sekolah?" tanyaku yang lumayan bingung. "Gak, tahu. Mending, kita tanya aja sama orangnya," ajak Syifa. Aku mengangguk dan mengikuti Syifa. "Hei," panggilku. Mereka menoleh. "Ada apa?" tanyanya. "Tahu mereka yang namanya sama depannya A tidak? Itu, lho, yang geng Wonder," tanya Syifa kepada mereka yang bernama Nadira, Mira dan Mina. Mira dan Mina adalah saudara kakak kembar sedangkan Nadira sahabat mereka berdua. "Ada di kelas," jawab Mina. Aku menggeleng. "Sudah kita berdua periksa tapi tidak ada," jawabku. "Oh. Kami bertiga tidak tahu dimana," jawab mereka sambil menunduk. Tiba - tiba, Mira menaikkan kepalanya. "Tadi, saat aku ke kamar mandi, aku mendengar mereka merencanakan sesuatu. Yang direncanakan, kudengar saat pulang sekolah, mereka akan membuat jebakan di dekat gerbang sekolah. Katanya, ingin merampok uang jajan kalian," jelas Mira panjang lebar. Tiba - tiba, datang 3 orang. "Kalian mengikuti kami," tuduh Audi. Aku dan Syifa menggeleng. "Tidak. Kalian yang mengikuti kami. Oya, kenapa kalian selalu mengikuti kami. Bahkan, saat aku dan Syifa bersekolah disini saja kalian mengikuti?" tanyaku. Mereka tertawa. "Karena kita ingin menjahili kalian berdua. Termasuk kalian bertiga," kata Amanda angkuh sambil menunjuk Mira, Mina dan Nadira. Mira, Mina dan Nadira bergidik ketakutan. Oh, ya, Mira adalah kakak Mina, hanya beda 18 detik saja. "Apa! Jangan apa - apakan mereka bertiga. Jahili saja aku dan Syifa," aku memberanikan diri. Mira, Mina dan Nadira melihat ke arah kami berdua. "Tidak usah. Kami ikhlas digoda oleh tiga setan yang tidak tahu sopan santun ini," koor mereka bertiga. Wonder Girls langsung lari ketakutan. Kami berlima ngakak. Kriiiing....Kriiiing....Kriiiing.....bel pulang berbunyi. "Syifa, Andini, siap - siap,ya. Kami bertiga pulang dulu," pamit Mira. "Oke." "Sof, kita harus taruh di kantong saja uang kita agar tidak diambil. Kan mereka bertiga tahu kita berdua selalu menaruh uang jajan kita di tas," kata Syifa. Aku mengangguk sambil mengatakan "Oke." Saat sampai di pintu gerbang Wonder Girl memeriksa tas kita. Tapi gagal. Hahaha...... Sesampainya dirumah..... "Sayang, udah pulang?" tanya mama. Aku mengangguk. "Ya, iyalah. Kalau belum, yang ini siapa?" aku menunjuk diriku. "Ya. Oya, ada yang mama mau omongin di ruang keluarga," kata - kata mama menjadi serius. "Oke." "Apa yang ingin mama katakan?" tanyaku saat sudah diruang tamu. Disana ada Diana dan ayah. "Duduk dulu," kata mama datar. "Apa?" "Begini, mama dan ayah ingin mengakui bahwa kalau kamu adalah saudara kakak beradik Syifa sayang. Maaf, ya. Mama dan ayah sudah berbohong padamu," kata mama. Ayah diam saja. Diana juga. "Apa!?! Mama nggak bohong, kan?" aku terbelalak kaget saat mendengar kata mama barusan. "Nggak!" "Ya, sudah. Gimana, sih, ceritanya?" tanyaku. Mamapun menceritkannya dari awal sampai akhir. Jadi, sekarang aku sudah tahu. Bahwa, akulah kakaknya Syifa. Hanya beda 12 detik. "Sekarang kita ke rumah Syifa untuk menjemputnya," kata ayah. . Sesampainya dirumah Syifa, kami memencet bel. "Assalamualaikum," salam kami. "Wa'alaikum salam," jawab Mr. Daffa "Maaf, saya datang untuk menjemput anak saya," kata mama. "Oh, iya sebentar, ya. Syifa, temanmu datang," panggil Mr. Daffa "Iya, sebentar, yah," teriak Syifa. "Eh, ada Andini. Masuk." "Terima kasih anakku," kata ayah. Syifa terbelalak kaget. "Maaf, apa maksud anda Mister Jakfar?" tanya Syifa. "Kita bicarakan nanti di ruang keluarga," kata mama. Syifa mengangguk. Sesampainya di ruang keluarga, mama dan ayah menceritakan semuanya. "Jadi, aku saudara adik Andini? Asyik," kata Syifa kegirangan. "Ada yang harus ayah katakan kepadamu Syifa. Kakakmu adalah Andini. Kau dan Andini beda 12 detik. Tapi, kau tak perlu memanggil Andini "kakak", panggil seperti biasa saja," jelas ayah. "Oke, kita pulang," kata mama. "Iya," kata Diana. "Pantas saja teman - teman kita selalu menyebut kita anak kembar terpisah. Iya enggak Andini?" kata Syifa. "Iya." Bye All!! "Anak anak, kita akan pindah ke Bandung, ya? Jadi kalian harus berpamitan kepada teman - teman dan tetangga kita. Oke?" kata mama. "Oke ma," jawabku, Syifa dan Diana. Tapi, sebenarnya, kami berdua sedih juga, lho. Karena, harus meninggalkan teman SMP kami. "Kapan ke Bandungnya?" tanyaku. "Lusa. Jadi, besok kalian harus berpamitan kepada guru, KS, dan teman - teman kalian. Nanti, lusa bisa tenang karena kita berangkatnya pagi sekali," jelas mama. Yang dimaksud KS itu adalah kepala sekolah. Kami ber-oh panjang. "Kita naik apa?" tanyaku dan Syifa. "Kereta listrik," jawab ayah. "Mama, mau makan, dong," pinta Diana manja. Mama menggeleng. "Kan, kamu sudah kelas empat. Jadi, jangan disamain sama yang TK dulu, ya," kata mama. Diana hanya terkekeh - kekeh saja dan langsung berlari menuju rice cooker ( baca: rais kuker ). Setelah mengambil nasi, dia segera mengambil lauk, sayur, minuman dan dessert. Lalu, dia makan dengan lahapnya. "Apakah mama sudah mengeluarkan kami bertiga dari sekolah kami?" tanya Syifa. "Iya. Tapi, mama sudah bilang ke kepala sekolah kalian bahwa kalian boleh sekolah satu hari lagi. Andini dan Syifa masuk SMP Cipinang Cempedak 02 Pagi. Disitu sekolah elite tapi sederhana sekali karena mama ingin kalian berdua pintar karena sudah SMP. Dan Diana, kamu sekolah di SDN Kedunghalang 03, ya? Mengerti?" jelas mama panjang lebar. "Iya ma. Kami bertiga mengerti," ujar Diana yang masih makan. "Diana, habiskan dulu makananmu!" perintah mama. Diana mengangguk. "Andini, Syifa, kalian bantu mama, ya. Diana juga. Selesai makan, kamu juga bantu mama. Andini, tolong bantu mama mengepel rumah dan membereskan barang, Syifa, kamu menyapu rumah dan menata meja makan, dan Diana, kamu mengelap kaca dan meja, ya. Dan mama menonton TV," mama membagi tugas kepada kami bertiga. "MAMA!" seru kami bertiga marah. Mama tertawa. "Ya, enggaklah. Mama memasak, mencuci piring dan membersihkan dapur saja, ya," kata mama. Kami mengangguk. Diana yang kebetulan sudah selesai makan langsung mengerjakan tugasnya. Kami bekerja bersama - sama. Kata ayah, kalau ayah pulang, dan rumahnya kinclong ( bersih ), akan memberi hadiah kepada kami berempat. Kalau tidak, untuk ayah sendiri. Saat kami selesai mengerjakan tugas kami masing - masing, terdengar suara klakson mobil. Itu AYAH! Kebetulan sekali, kami baru saja selesai beres - beres rumah. "Hai, ayah. Mana hadiahnya?" pintaku. Ayah memberikan 4 buah hadiah. Warna biru dan pita merah untukku, kuning dengan pita Peach untuk Syifa dan ungu berpita pink untuk Diana. Mama mendapat warna dari kami bertiga yaitu, biru, kuning dan ungu yang berpita Rainbow alias pelangi ( wah, enak, ya? ). Saat kami berempat membuka hadiahnya, aku mendapat alat tulis yang lengkap berjumlah 5 barang satu merek, Syifa mendapat jam tangan berwarna merah yang canggih karena bisa menunjukkan gambar hologram yang gambarnya jam. Dijamnya tidak ada angkanya melainkan hanya gambar hologram. Gambarnya adalaaah gambar yang bisa bergerak sesuai jam ( ribet banget sih, ngejelasinnya ). Kalau Diana, mendapat 2 buku KKPK. Sedangkan mama mendapatkan buku resep segala macam makanan yang cukup tebal. Semuanya berterima kasih pada ayah yang sudah memberikan hadiah - hadiah ini. "Terima kasih ya, yah. Ayah beli apa?" tanya Syifa. "Laptop. Tapi, untuk sekeluarga," kata ayah. Semua berterima kasih lagi. Kata ayah, sebagai gantinya, satu orang harus memberikan uang Rp. 10.000.- ( kayak nggak ikhlas aja, ya. Yang penting enggak disuruh bayar dengan harga yang sebenarnya, kan? ). "Ayah juga membelikan kenang - kenangan untuk teman sekelas dan guru kalian masing masing yaitu gantungan kunci berbentuk tulisan puisi. Nah, untuk sahabat adalah Notebook mini berwarna pink," kata ayah. Besok malamnya..... "Anak - anak, siapkan barang - barang untuk besok, ya? Bawa semua barang - barang kalian masing - masing ke dalam tas masing - masing," perintah mama. Kami semua mengangguk. Lalu, kami menyiapkan barang - barang. Besoknya...... "Anak - anak, bawa koper dan tas kalian. Kita berangkat menuju stasiun dengan Busway, ya," ayah memerintahkan kami bertiga. "Baik, yah." Beberapa menit kemudian..... "Aku sudah siap," seruku. Disambut oleh Syifa dan Diana. "Oke. Kalian bawa kemobil. Yang akan menempati rumah ini adalah Paman Haikal dan Tante Davina, ya," jelas mama. Kami mengangguk. Sepanjang perjalanan, kami mengobrol. "Syifa, dirumahmu yang dulu, gimana rasanya diasuh oleh Mistress Zalfa dan Mister Daffa?" tanyaku penasaran. "Aku diasuh seperti Ratu kerajaan Washington. Dan, waktu kamu kerumahku yang lama, kata Mister Daffa, kamu dan aku hanya memanggil mereka berdua Paman dan Tante saja," kata Syifa enteng. "Oh." Selanjutnya, sampai kami tiba di stasiun kereta api, kami masih melanjutkan mengobrol. "Anak - anak, kita sudah sampai," kata ayah. Kami bertiga kaget. Lalu, setelah kejadian kaget tadi, kami mengikuti orangtua kami. "Ma, mana kereta kita?" tanya Syifa. Mama menunjuk sebuah kereta. "Yang terpenting kita harus membeli tiket dahulu, baru kita masuk ke kereta itu. Kalau terlambat, kita harus menunggu kereta selanjutnya," kata mama. Kami bertiga langsung mengerti. Setelah membeli tiket, kami memasuki kereta. Untunglah, kereta masih menunggu. Jadi, tidak usah menunggu kereta selanjutnya lagi. Kereta masih menunggu untuk dimasuki penumpang yang lain. Tak lama kemudian, kereta pun beranjak dan langsung menuju stasiun kereta api selanjutnya. Selama di perjalanan menggunakan kereta api, kami melanjutkan mengobrol tadi. Ayah sudah menelepon paman dan tante untuk mengambil mobil kita sekeluarga. Sesampainya di stasiun kereta api di Bandung.... "Andini, Syifa, Diana, ayo, turun. Kita sudah sampai. Nanti kita menaiki bus untuk sampai di rumah baru kita," kata ayah dan mama serempak. Kami tertawa dan mengangguk. Setelah menaiki bus, kami melihat sebuah rumah yang berada di kompleks elite yang bertingkat 4. Ayah sudah memesan 5 pelayan pribadi. Nama pelayan - pelayan itu Nurul, Fatimah, Vanya, Diba dan Geizka. Ayah mendapat Diba, mama mendapat Fatimah, aku mendapat Nurul, Syifa mendapat Vanya dan Diana mendapat Geizka. Setelah 1 jam berlalu, pelayan - pelayan itu datang bersamaan. Mereka datang secara berduyun - duyun. Aku, Syifa dan Diana langsung mandi. Tiba - tiba, terdengar suara dari ambang pintu. "Non Andini. Ingin memakai baju yang mana?" ternyata itu Nurul. " Hmmm....baju dress panjang yang berwarna ungu yang ada pitanya saja," jawabku. Nurul langsung mengambilkan pakaian yang aku pilih. "Nurul, tolong ambilkan baju handuk!" perintahku sopan kepada Nurul. Nurul segera mengambilkan baju handuk yang aku pinta dan menyerahkannya padaku. Aku langsung memakai bajuku dan langsung ke lantai 2 untuk makan siang. "Nurul, tolong bikinin aku ayam goreng, ya." pintaku kepada Nurul. Nurul mengangguk dan langsung membuatnya. "Vanya, tolong buatkan aku omelet." "Geizka, tolong buatkan aku telur mata sapi." "Diba, tolong buatkan nasi goreng spesial." "Fatimah, tolong buatkan mie goreng." Semua meminta dibuatkan makanan kepada pelayan pribadi masing - masing dengan sopan. Memang, disana ada 8 kompor. 5 untuk pelayan dan tiganya untuk anak - anak yang ingin belajar memasak. Setelah siap, kami menyantapnya. "Waaah.... ayam goreng buatan Nurul enak banget, ya," pujiku. Yang lain juga. Setelah habis, kami bertiga pergi ke taman sebelah dan orangtua kami mandi. "Syif, omelet buatan Vanya enak, tidak?" tanyaku pada Syifa. "Enak banget," jawab Syifa. "Kamu sendiri?" "Sama. Enak tenaaan," jawabku. "Kalau Diana?" "Sama." Kami mengobrol. Setelah bosan, kami main permainan yang ada disitu. Aku bermain perosotan, Syifa ayunan dan Diana trampolin. Kami bersenang - senang sampai menyudahinya karena sudah Maghrib. Kami solat berjamaah ( kecuali pelayan. Kalau pelayan sama pelayan solatnya ). Selesai solat, aku merapikan buku untuk sekolah besok. Akhirnya, aku terbebas dari Wonder Girl. Besoknya.... "Ma, yah, aku, Syifa dan Diana berangkat dulu, ya," pamitku. "Oke anakku." Sesampainya di sekolah...... "Wow, sekolah kita bagus, ya, Syif. Bertingkat tiga," kagumku. "Iya. Disitu, di dekat pintu masuk kantin saja diatasnya ada gambar drum. Mungkin, itu adalah ekskul, ya?" kata Syifa. "Bersih lagi." "Kita ke kepala sekolah, yuk. Untuk melapor bahwa kita sudah datang," ajakku. "Yuk." Kami berdua berlari ke tangga untuk mencapai lantai tiga karena memang itu tempat khusus guru dan kepala sekolah. "Permisi," salam kami berdua. Kami berdua melihat seseorang yang putih tinggi dan tegas duduk di sebuah kursi ( ya iyalah! ). Kami mengetahui namanya dari name tag yang berada di bajunya. Namanya Mrs. Asih. Nama lengkapnya Mrs Tribawaningtyas Asih. "Masuk," jawab Mrs. Asih. "Terima kasih," kata kami sopan. "Sama - sama. Perkenalkan, nama saya Mistress Tribawaningtyas Asih. Dipanggil Mistress Asih saja, ya," kata Mrs. Asih ramah. "Kami berdua ingin melapor kepada anda bahwa kami sudah tiba di sekolah ini," lapor Syifa kepada Mrs. Asih. Mrs. Asih mengangguk. "Iya. Segeralah ke lantai dua. Bel masuk akan segera berbunyi!" perintah Mrs. Asih lembut. Kami mengangguk dan segera ke lantai. dua dengan berlari. Teng....teng.....teng....., bel masuk berbunyi. Seperti itulah bunyinya. Sebuah tabung yang terbuka seperti gelas tapi besi. Ada kaitannya untuk membawanya seperti tali dan memukulnya dengan palu. Sekolah ini memang sederhana sekali. "Assalamualaikum, anak - anak!" sapa seorang guru yang bernama Miss Ayu. "Walaikumsalam, Miss Ayu!" jawab murid - murid kelas IX serempak kecuali aku dan Syifa. Kami gugup. "Anak - anak, kita kedatangan murid baru. Mereka kembar. Ayo, Andini, Syifa, majulah," kata Miss Ayu. Kami berdua maju. Yang dipilih memperkenalenalkan diri yang pertama adalah Syifa. "Halo. Namaku Syifa Ayu Shafira. Nama panggilannya Syifa saja, ya. Umurku empat belas tahun. Semoga kalian menyukaiku," Syifa memperkenalkan diri. Sekarang giliranku! "Halo. Namaku Andini Rahma. Nama panggililanku Andini saja, ya. Umurku empat belas tahun. Semoga kalian menyukaiku," aku memperkenalkan diri. "Anak - anak, mari kita mulai pelajarannya. Oya, kalau ada yang mau berkenalan dengan Andini dan Syifa saat istirahat saja, ya," kata Miss Ayu. "Baik Miss Ayu," jawab anak - anak. Pelajaran pun dilakukan dengan tenang, teliti dan sabar. Tiba - tiba..... Teng....teng.....teng....., bel istirahat berbunyi. Anak - anak segera ke kantin dan memesan makanan pilihan masing - masing. "Andini, kita ke kantin, yuk," ajak Syifa. "Yuk." "Hai, Andini, Syifa," sapa dua orang anak perempuan. "Halo. Nama kalian siapa?" sapa aku dan Syifa serempak dengan ceria. "Namaku Geby. Yang ini sahabatku, namanya Neta," kata Geby. Anak yang bernama Neta itu menyalami tangan kami berdua. "Apakah disini ada geng yang nakal?" tanyaku. "Ada. Namanya The Cingas Girls. Mau aku perkenalkan dengan teman sekelas kami?" tawar Neta. "Mau," jawab kami berdua singkat. Geby dan Neta memperkenalkannya. Ada yang namanya Adinda, Anin, Maheta, Raisyah, Nabila, Shaka, Juan, Rekha, Rafli, Azi, Reyhan dan Raihan, Krishna, Didi, Aqilla, Faturrahman dan Muhajir. Mereka baik - baik semua, lho. Setelah kami berdua diperkenalkan, kami berempat setuju akan bersahabat dan membuat geng. Namanya The Wonderfull Girls. Cukup bagus, bukan? Setelah itu, kami pulang. Oh, iya, kepala sekolah memperbolehkan muridnya memakai cosmetic ( baca: kosmetik ) Sesampainya di rumah .... "Ma,
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: