"A
yolah! Kita bisa dimarahi Mr. Flich kalau keluar
di atas jam sepuluh! Cepat! Nanti kita tidak bisa lari
pagi, Zalika! Ayo!" Amelia membangunkan Zalika
yang masih memeluk gulingnya.
"Amelia, hari ini kita usah lari pagai saja. Aku
ngantuk sekali karena Gebyar Makanan tadi malam,"
ujar Zalika malas - malasan. Kemarin memang ada
Gebyar Makanan besar - besaran.
"Baiklah, hari aku maklumi. Tapi, kamu harus
cepat bangun! Mrs. Felmily akan segera memeriksa!"
kata Amelia heboh sambil merapikan tempat
tidurnya.
Amelia dan Zalika tinggal di asrama Girl Cooking
School.Di sini, merka juga belajar ilmu pengetahuan
seperti IPA, IPS, matematika, dan lain - lain. Namun,
lebih mendalami ilmu memasak.
"Hei! Tidak bisakah kalian cepat?! Mrs. Felmily
akan segera datang memeriksa kita! Siapa yang telat
akan dikeluarkan!" seru Mutiara sambil menyisir
rambut.
"Baiklah!" ujar Zalika malas dan langsung menuju
kamar mandi.
Lonceng sarapan berbunyi. Anak-anak segera
menuju meja makan. Di sana, Mrs. Felmily duduk di
kursi yang paling besar. Di atas meja sudah tersedia
banyak makanan lezat.
"Anak-anak, selamat pagi! Hari ini, karena libur,
aku memasak banyak untuk kalian. Jadi, nikmatilah.
Tapi, jaga porsi makan kalian!" ingat Mrs. Felmiy
sambil berlalu pergi untuk mengecek asrama lain.
"Guru yang terlalu baik! Apa dia tidak tahu kalau
aku sedang diet ketat?!" kata Mutiara kesal sambil
menduduki kursi merah yang empuk.
"Menikmati itu lebih enak daripada kesal! Lagi
pula, ini enak sekali! Di sini seperti hujan makanan!"
ujar Zalika senang sambil duduk di kursi. Amelia
mengagguk setuju.
"Apa kalian tidak tahu? Kalau kalian kebanyakan
makan, nanti bisa jadi gemuk!" kata Rarisa yang
duduk di samping Mutiara dengan gaya jijiknya.
"Kami memang suka makan, tapi kami tidak
gemuk, tuh!" ujar Amelia sambil memotong ayam
panggangnya.
"Untuk aku dan Mutiara, kurus itu lebih baik, tahu!
Karena, aku harus menjadi 'The Star' di sini! Namaku
dan tingkah lakuku paling baik di antara kalian
semua!" kata Rarisa sombong sambil tersenyum
congkak.
"Menjadi 'The Star'? Hahaha...! Kamu mimpi jadi
'The Star Buaya Cempreng'?" tanya Amelia sambil
tertawa. Hampir saja dia tersedak.
"Sudah, sudah, kalian ini bertengkar terus! Kalau
jam makan, ya, makan! Bertengkar, ya, bertengkar!
Jangan dicampur aduk!" kata Mutiara sambil
memakan spagetinya.
"Mutiara! Kenapa kamu lebih memilih makan
spageti? Kan, ada roti bakar? Padahal. roti bakar itu,
kan, makanan kesukaanmu?" tanya Zalika.
"Aku sedang diet yang manis!" katanya ketus.
Dia teringat, kemarin saat menimbang dirinya,
ternyata berat badannya naik tiga kilo.
"Hahaha...! Zalika tertawa. Dia teringat wajah
kusut Mutiara sehabis ditimbang.
"Makananku sudah habis, aku duluan, ya!" kata
Amelia dan Zalika. Mereka berjalan beriringan
menuju kamar mereka yang bersebelahan.
"Amelia! Tunggu! Jangan masuk kamar dulu!"
pekik Zalika. Amelia menoleh.
"Ada apa, Zalika?" tanya Amelia bingung.
"Kita ke taman belakang, yuk! Kata Mrs. Felmily,
kan, habis makan kita diberi jam bebas untuk
menurunkan makanan tadi," ujar Zalika
bersemangat.
"Boleh juga! Sambil bersepeda keliling sekolah!"
ujar Amelia tak kalah semangat.
Mereka berjalan menuruni tangga asrama.
Sebelum berkeliling sekolah, harus ada izin dari ketua
asrama.
"Baiklah! Hanya atu jam saja! Ini kartu izin
keluarnya. Jika Pak Security meminta, tunjukkan saja
kartu ini!" kata Bunda Zera menyodorkan kartu
berwarna ungu tua bertulisan Kartu Keluar Asrama.
"Baik, Bunda!" ujar Amelia dan Zalika serempak.
Mereka mencium tangan Bunda Zera, lalu pergi ke
taman belakang.
"AApakah kamu mau menjadi gemuk?" Sebuah
suara yang tidak asing terdengar di telinga Amelia
dan Zalika.
"Ayo, cepat! Kita sembunyi!" bisik Zalika sambil
menggamit tangan Amelia. Lalu mereka sembunyi
di balik semak belukar.
"Hei! Ayo, kita kembali ke asrama, Rarisa! Di sini
sangat dingin! Nanti kita masuk angin!" seru orang
itu lagi. Ternyata, itu Mutiara dan Rarisa!
Akhirnya, Mutiara dan Rarisa berlalu pergi tanpa
mengetahui bahwa ada Amelia dan Zalika.
"Omeongan 'Bebek Cempreng' itu sudah bisa
ditebak! Pasti mengenai suka atau tidaknya menjadi
gendut! Aku yang bukan sahabatnya saja sudah
bosan!" sungut Zalika malas sambil menikmati angin
sajuk setelah Rarisa dan Mutiara pergi.
"Iya! Apa tidak ada topik lain?" tanya Amelia
sambil membentangkan tangannya lebar-lebar.
"Ya! Aku dan Mutiara memang tidak punya topik
lain selain kurus-gendut, Amelia Zwita dan Zalika
Anastasian Wonderland!" Terdengar suara sinis dari
belakang mereka. Siapa lagi kalau bukan Mutiara dan
Rarisa!
"Mu... tiara? Ra... risa?" kata Zalika bingung.
Tadi, mereka, kan, tidak ada! Kenapa jadi ada?
"Tadi, sewaktu aku melihat ke jalan, ada jejak kaki
yang masih baru. Pasti ada orang yang ke taman
belakang. Rupanya benar! Ada dua pecundang yang
sedang membicarakan orang lain!" kata Rarisa
dengan tangan dilipat dan tatapan tajam.
"Lalu, jika kami berbicara di sini, apa yang salah?
Ini bukan taman milikmu! Kamu tidak pantas
mengejek aku dan Zalika pecundang, karena kamulah
pecundang itu!"kata Amelia gusar, dia sangat marah
disebut "pecundang". Memangnya, apa salah
mereka?
"Tentu saja kamu salah, karena kamu talah
menguping pembicaraan orang lain!" kata Rarisa,
juga tak kalah gusar.
"Siapa juga yang mau menguping pembicaraan
orang yang cuma mengatakan 'Kamu mau tidak, jadi
gendut?'" kata Zalika sambil menjulurkan lidahnya.
"Tapi kenapa kamu mengikuti kami?" tanya
Mutiara sinis.
"Hah? Siapa yang ngikutin?" Amelia melongo
kaget.
"Tentu saja kalian! Kalau bukan kalian, bagaimana
kalian bisa tahu apa yang tadi kami bicarakan?" tanya
Rarisa dengan lagak sombonya.
"Kami bukan ngikutin, tahu! Kami mau cari
angin!" Zalika menjelaskan.
"Alah... dasar! Alasan yang tidak profesional!
Dasar!" Rarisa mengejek.
"Ih... kami bukan cari alsan, tahu! Kalau kamu
tadi tidak percaya, ya sudah, dong! Jangan nuduh!"
kata Amelia yang mulai darah tinggi.
"Alah... alasan biasa, lagi! Dasar tidak kreatif! Ya
sudah! Orang yang tidak kreatif tidak usah ada di
tempat yang terhormat! Cepat pergi!" usir Mutiara.
"Grr...! Akan kubalas nanti! Tunggu saja
pembalasanku yang akan membuatmu minta
ampun seribu kaliii...!" kata Amelia marah. Dia
sangat kesal hingga ingin membanting Rarisa dan
Mutiara. Zalika hanya bisa menenangkan.
Memang, siapa juga, sih, yang tidak marah kalau
dituduh dan diejek?[]
yolah! Kita bisa dimarahi Mr. Flich kalau keluar
di atas jam sepuluh! Cepat! Nanti kita tidak bisa lari
pagi, Zalika! Ayo!" Amelia membangunkan Zalika
yang masih memeluk gulingnya.
"Amelia, hari ini kita usah lari pagai saja. Aku
ngantuk sekali karena Gebyar Makanan tadi malam,"
ujar Zalika malas - malasan. Kemarin memang ada
Gebyar Makanan besar - besaran.
"Baiklah, hari aku maklumi. Tapi, kamu harus
cepat bangun! Mrs. Felmily akan segera memeriksa!"
kata Amelia heboh sambil merapikan tempat
tidurnya.
Amelia dan Zalika tinggal di asrama Girl Cooking
School.Di sini, merka juga belajar ilmu pengetahuan
seperti IPA, IPS, matematika, dan lain - lain. Namun,
lebih mendalami ilmu memasak.
"Hei! Tidak bisakah kalian cepat?! Mrs. Felmily
akan segera datang memeriksa kita! Siapa yang telat
akan dikeluarkan!" seru Mutiara sambil menyisir
rambut.
"Baiklah!" ujar Zalika malas dan langsung menuju
kamar mandi.
Lonceng sarapan berbunyi. Anak-anak segera
menuju meja makan. Di sana, Mrs. Felmily duduk di
kursi yang paling besar. Di atas meja sudah tersedia
banyak makanan lezat.
"Anak-anak, selamat pagi! Hari ini, karena libur,
aku memasak banyak untuk kalian. Jadi, nikmatilah.
Tapi, jaga porsi makan kalian!" ingat Mrs. Felmiy
sambil berlalu pergi untuk mengecek asrama lain.
"Guru yang terlalu baik! Apa dia tidak tahu kalau
aku sedang diet ketat?!" kata Mutiara kesal sambil
menduduki kursi merah yang empuk.
"Menikmati itu lebih enak daripada kesal! Lagi
pula, ini enak sekali! Di sini seperti hujan makanan!"
ujar Zalika senang sambil duduk di kursi. Amelia
mengagguk setuju.
"Apa kalian tidak tahu? Kalau kalian kebanyakan
makan, nanti bisa jadi gemuk!" kata Rarisa yang
duduk di samping Mutiara dengan gaya jijiknya.
"Kami memang suka makan, tapi kami tidak
gemuk, tuh!" ujar Amelia sambil memotong ayam
panggangnya.
"Untuk aku dan Mutiara, kurus itu lebih baik, tahu!
Karena, aku harus menjadi 'The Star' di sini! Namaku
dan tingkah lakuku paling baik di antara kalian
semua!" kata Rarisa sombong sambil tersenyum
congkak.
"Menjadi 'The Star'? Hahaha...! Kamu mimpi jadi
'The Star Buaya Cempreng'?" tanya Amelia sambil
tertawa. Hampir saja dia tersedak.
"Sudah, sudah, kalian ini bertengkar terus! Kalau
jam makan, ya, makan! Bertengkar, ya, bertengkar!
Jangan dicampur aduk!" kata Mutiara sambil
memakan spagetinya.
"Mutiara! Kenapa kamu lebih memilih makan
spageti? Kan, ada roti bakar? Padahal. roti bakar itu,
kan, makanan kesukaanmu?" tanya Zalika.
"Aku sedang diet yang manis!" katanya ketus.
Dia teringat, kemarin saat menimbang dirinya,
ternyata berat badannya naik tiga kilo.
"Hahaha...! Zalika tertawa. Dia teringat wajah
kusut Mutiara sehabis ditimbang.
"Makananku sudah habis, aku duluan, ya!" kata
Amelia dan Zalika. Mereka berjalan beriringan
menuju kamar mereka yang bersebelahan.
"Amelia! Tunggu! Jangan masuk kamar dulu!"
pekik Zalika. Amelia menoleh.
"Ada apa, Zalika?" tanya Amelia bingung.
"Kita ke taman belakang, yuk! Kata Mrs. Felmily,
kan, habis makan kita diberi jam bebas untuk
menurunkan makanan tadi," ujar Zalika
bersemangat.
"Boleh juga! Sambil bersepeda keliling sekolah!"
ujar Amelia tak kalah semangat.
Mereka berjalan menuruni tangga asrama.
Sebelum berkeliling sekolah, harus ada izin dari ketua
asrama.
"Baiklah! Hanya atu jam saja! Ini kartu izin
keluarnya. Jika Pak Security meminta, tunjukkan saja
kartu ini!" kata Bunda Zera menyodorkan kartu
berwarna ungu tua bertulisan Kartu Keluar Asrama.
"Baik, Bunda!" ujar Amelia dan Zalika serempak.
Mereka mencium tangan Bunda Zera, lalu pergi ke
taman belakang.
"AApakah kamu mau menjadi gemuk?" Sebuah
suara yang tidak asing terdengar di telinga Amelia
dan Zalika.
"Ayo, cepat! Kita sembunyi!" bisik Zalika sambil
menggamit tangan Amelia. Lalu mereka sembunyi
di balik semak belukar.
"Hei! Ayo, kita kembali ke asrama, Rarisa! Di sini
sangat dingin! Nanti kita masuk angin!" seru orang
itu lagi. Ternyata, itu Mutiara dan Rarisa!
Akhirnya, Mutiara dan Rarisa berlalu pergi tanpa
mengetahui bahwa ada Amelia dan Zalika.
"Omeongan 'Bebek Cempreng' itu sudah bisa
ditebak! Pasti mengenai suka atau tidaknya menjadi
gendut! Aku yang bukan sahabatnya saja sudah
bosan!" sungut Zalika malas sambil menikmati angin
sajuk setelah Rarisa dan Mutiara pergi.
"Iya! Apa tidak ada topik lain?" tanya Amelia
sambil membentangkan tangannya lebar-lebar.
"Ya! Aku dan Mutiara memang tidak punya topik
lain selain kurus-gendut, Amelia Zwita dan Zalika
Anastasian Wonderland!" Terdengar suara sinis dari
belakang mereka. Siapa lagi kalau bukan Mutiara dan
Rarisa!
"Mu... tiara? Ra... risa?" kata Zalika bingung.
Tadi, mereka, kan, tidak ada! Kenapa jadi ada?
"Tadi, sewaktu aku melihat ke jalan, ada jejak kaki
yang masih baru. Pasti ada orang yang ke taman
belakang. Rupanya benar! Ada dua pecundang yang
sedang membicarakan orang lain!" kata Rarisa
dengan tangan dilipat dan tatapan tajam.
"Lalu, jika kami berbicara di sini, apa yang salah?
Ini bukan taman milikmu! Kamu tidak pantas
mengejek aku dan Zalika pecundang, karena kamulah
pecundang itu!"kata Amelia gusar, dia sangat marah
disebut "pecundang". Memangnya, apa salah
mereka?
"Tentu saja kamu salah, karena kamu talah
menguping pembicaraan orang lain!" kata Rarisa,
juga tak kalah gusar.
"Siapa juga yang mau menguping pembicaraan
orang yang cuma mengatakan 'Kamu mau tidak, jadi
gendut?'" kata Zalika sambil menjulurkan lidahnya.
"Tapi kenapa kamu mengikuti kami?" tanya
Mutiara sinis.
"Hah? Siapa yang ngikutin?" Amelia melongo
kaget.
"Tentu saja kalian! Kalau bukan kalian, bagaimana
kalian bisa tahu apa yang tadi kami bicarakan?" tanya
Rarisa dengan lagak sombonya.
"Kami bukan ngikutin, tahu! Kami mau cari
angin!" Zalika menjelaskan.
"Alah... dasar! Alasan yang tidak profesional!
Dasar!" Rarisa mengejek.
"Ih... kami bukan cari alsan, tahu! Kalau kamu
tadi tidak percaya, ya sudah, dong! Jangan nuduh!"
kata Amelia yang mulai darah tinggi.
"Alah... alasan biasa, lagi! Dasar tidak kreatif! Ya
sudah! Orang yang tidak kreatif tidak usah ada di
tempat yang terhormat! Cepat pergi!" usir Mutiara.
"Grr...! Akan kubalas nanti! Tunggu saja
pembalasanku yang akan membuatmu minta
ampun seribu kaliii...!" kata Amelia marah. Dia
sangat kesal hingga ingin membanting Rarisa dan
Mutiara. Zalika hanya bisa menenangkan.
Memang, siapa juga, sih, yang tidak marah kalau
dituduh dan diejek?[]
Post A Comment:
0 comments: