Juni 2012
no image
Sekarang sudah hari Minggu. Yap! Ini hari pembagian rapor.
"Hoaaahm...." Aku menguap setelah bangun tidur.
Cahaya matahari mengintip dari sela - sela jendela kamarku yang terbuka. Terdengar burung yang menyanyi merdu. Langit biru cerah dan awan putih bersih. It's amazing morning! Aku segera berdiri dari ranjangku dan menuju ruang tengah. Di sana sudah ada mama yang sedang menonton acara televisi kesukaannya. Aku tidak terlalu memperhatikannya.
"Ditha!" panggil mama tiba - tiba.
"Eh, eh, pa Ma?" jawabku yang kaget karena sedang menuangkan jus jeruk ke mug putih kesukaanku.
"Nanti ada pembagian rapor, kan?" tanya mama.
"Iya," jawabku singkat.
"Jam setengah sepuluh, ya?" tanya mama lagi.
"Iya," ujarku seraya meminum jus jeruk tadi. Lalu, aku pergi ke ruang makan. Di sana sudah ada sup dan bubur ayam, sangat simple! Lalu, aku mengambil bubur ayam-- tidak memakai sup, aku lagi tidak mau sup. Aku makan dengan lahap, seperti orang yang sedang kelaparan. Hehehe....
Saat ini, masih jam 7.30 Aku mau ... ya ... pastinya mandi.
Aku keluar dengan memakai baju lengan panjang berwarna biru muda. Di bagian depannya ada gambar kupu - kupu yang lucuuu sekali. Rokku berwarna putih, panjangnya selutut, dan bertingkat dua. Di belakang rok, terdapat kain biru muda yang menjuntai sampai ke tulang kering. Baju ini juga akan kugunakan untuk pembagian rapor nanti.
Sekarang sudah jam delapan. Waktu yang tersisa, aku gunakan untuk menonton televisi. Tentunya menonton acara kesukaanku, yaitu Strawberry Shortcake.
"Ma! Udah jam sembilan, nih, cepaaat!" pekikku kepada mama yang sedang memakai kerudungnya.
"Iya, iyaaa, Mama tinggal pake kerudung, kok," jawab mama.
"Oh ... ya sudah, deh," ujarku.
"Yuk1" ajak mama sembari membenahi kancing bajunya yang lepas.
"Yuuuk, mareee," jawabku.
Aku dan mama menuju garasi. Setelah masuk ke mobil, mama segera tancap gas dan brooommm...mobil melaju kencang, seperti didorong oleh beribu - ribu angin.
no image
P antun adalah bagian dari Sastra yang merupakan bentuk puisi lama. Pantun memiliki ciri - ciri sebagai berikut: 1. Tiap bait terdiri dari 4 baris. 2. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran. 3. Baris ketiga dan keempat merupakan isi. 4. Bersajak ab ab. Menurut isinya, Pantun dibedakan menjadi: a. Pantun Nasehat { Pantun orang tua }. b. Pantun Remaja { Pantun Bercinta }. c. Pantun Jenaka. d. Pantun Teka - Teki. Untuk membuat sebuah Pantun, lebih baik kita buat dulu isinya. Baru setelah itu, kita buat sampirannya. Contoh: ............................. ............................. Kalau ingin naik kelas. Maka harus rajin belajar. Setelah mendapatkan isi, maka tinggal menyusun kata - kata untuk sampirannya. Ingat, sajak pantun adalah ab ab. Maka kita harus mencari huruf akhir kalimat sampiran yang sama dengan kalimat isi. Contoh: Pada isi kata akhir baris pertama KELAS huruf akhirnya S, maka kita pun harus mencari kata yang huruf akhirnya juga S, misalnya GELAS. Kemudian carilah kalimat yang ada hubungannya dengan gelas. Sampirannya: Mau minum pakailah gelas. Minumlah segelas air tawar. Setelah dapat sampirannya, kemudian gabungkan menjadi satu dengan posisi sampiran berada diatas isi. Maka akan jadilan pantun berbunyi: Mau minum pakailah gelas. Minumlah segelas air tawar. Kalau ingin naik kelas. Maka harus rajin belajar.
no image
Class Meeting H ai! Kenalkan, namaku Ramaditha Novyanti Wijaya atau biasa dipanggil Ditha. Saat ini, aku masih duduk di kelas V SD di Smart Children Elementary School, "nama gaul"-nya adalah Smachies. "Aku berangkat dulu,ya,ma! pamitku saat akan berangkat sekolah. "Iya, Tha," Jawab mama. Di depan rumah, sudah ada sopirku. Aku langsung memasuki mobil dan Pak Sopir segera menginjak pedal gas. Mobilku pun melaju cepaaat sekali. Aku sudah tiba di depan sekolahku. Di dekat pint gerbang, ada sahabatku, Lia. Aku bergegas turun dari mobil dan langsung menemui Lia."Hai, Lia!" sapaku. "Hai juga, Ditha!" balas Lia. "Ke kelas, yuk!" "Yuk!" kataku seraya menggandeng tangan Lia.
Di kelas, aku segera meletakkan tas merahku di kursi bagian depan baris kedua. Lalu,aku menghampiri Lia yang ada di bangkunya.
"Ditha, rencananya,kamu mau liburan ke mana?" tanya Lia
"Ng...belum tahu," jawabku."Kalau kamu"
"Belum tahu juga," balasnya sambil meringis.
Bel masuk terdengar. Aku segera menduduki bangkuku. Bu Lina datang dengan membawa beberapa lembar kertas.
"Anak - anak, minggu depan kita akan mengadakan Class Meeting. Kalian tahu, kan, apa itu Class Meeting?" Bu Lina membuka pembicaraan.
"Tahu, Bu!" seru murid - murid di kelas kompak.
"Nah, perlombaannya meliputi: lomba menyanyi,menari, bulu tangkis, lari maraton,sepak bola, serta membuat sekaligus membaca cerita dan puisi. Lombanya diadakan pada hari Senin. Sekarang,yang mau ikut lomba bisa mendaftarkan diri kepada Ibu. Oh, iya, lomba menyanyi, cerita, dan puisi, serta lari maratonuntuk per-orangan," ujar Bu Lina.
"Lomba menari harus berkelompok-minimal empat orang, sepakbola sebelas orang dalam satu tim, bulu tangis satu atau dua orang," tambah Bu Lina.
"Saya ikut lomba menyanyi,Bu!" pekik Zahra. Memang Zahra pandai menyanyi.
"Ow...ya," balas Bu Lina. Bu Lina segera menulis nama Zahra di kertas yang dibawanya tadi.
Hm...aku ikut lomba menari saja, deh, sama Lia, Melia, dan Marissa, batinku. Aku memberi isyarat kepada mereka agar ikut lomba menari.
Dengan berani, aku mengangkat tangan. "Kami berempat ikut lomba menari, Bu!"
"Siapa saja? Oh, Melia, Ditha, Lia, dan Marissa," kata Bu Lina.
"Bu, saya ikut lomba lari maraton!" ujar Sarah bersemangat.
"Saya dan Adi ikut lomba bulu tangkis, Bu!" seru Ditya.
Anak - anak sibuk mendaftarkan nama mereka kepada Bu Lina.
"Siapa yang ingin ikut lomba sepakbola?" tanya Bu Lina.
"Aku!" pekik Sony, diikuti oleh Doni, Rino, Ricky, Firman, Dicky, Raffi, dan Irfan.
"Saya!" kali ini, bukan laki - laki yang mengangkat tangan, tapi perempuan! Dia adalah Rini. Ak heran, mengapa dia ikut sepakbola? Mungkin karena hanya dia yang belum mengikuti lomba.
"Ng...ya ya ya. Kalian semua sudah Ibu catat dalam daftar lomba," ujar Bu Lina. Setelah selesai menulis, Bu Lina menunjukkan daftar yang mengikuti Class Meeting.

Class Meeting

Lomba menyanyi : Zahra
Lomba catur : Arif
Lomba lari maraton : Ditha
Lomba bulu tangkis : Ditya, Adi
Lomba menari : Melia, Ditha, Lia, Maryssa
Lomba sepak bola : Sony, Doni, Haris, Rino, Ricky, Dicky, Raffi, Irfan, Rini, Firman, Zoni


"Anak - anak, silakan mengisi Biodata kalian masing - masing untuk Class Meeting," pinta Bu Lina.
"Iya,Bu!" teriak semua murid.
Bu Lina memberikan masing - masing murid selembar formulir. Aku pun sudah mengisi semua "Titik - titik" yang ada di kertas itu lalu mengumpulkannya di meja guru.

Esoknya adalah pembagian jadwal Class Meeting.
"Ini adalah jadwal Class Meeting, Ibu akan membagikan kepada kalian masing - masing satu. Zahra! Tolong bagikan kertas ini!" ujar Bu Lina sembari memberi Zahra beberapa lembar kertas yang berisi jadwal Class Meeting itu.
Zahra sibuk membagikan jadwal tersebut. Aku sudah mendapatkan jadwal. Ternyata, jadwal menari hari Rabu; lari maraton, membaca puisi dan cerita pada hari Selasa; sepakbola hari jumat; menyanyi hari Senin; bulu tangkis hari Kamis. Class Meeting dilaksanakan sekitar satu minggu lagi. Cukup waktu untuk berlatih.
"Oh, iya, pembagian rapornya hari Minggu. Hari Senin sudah libur," tambah Bu Lina.
Sepulang sekolah, aku, Melia, Lia, dan Maryssa berlatih menari di aula sekolah. Aula kosong melompong, tidak ada seorang pun. Kami berlatih memang tidak didampingi oleh guru, karena ini hanya untuk menguji kemampuan.
"Kita mau nari apa, nih?" tanya Maryssa.
"Bagaimana kalo tari tradisional?" usul Melia.
"Modern dance?" usulku. "Ng...kalau tradisional, sih, aku nggak terlalu bisa."
"Aku juga!" ujar Maryssa dan Lia bersamaan.
"Ya, udah. Berarti modern dance saja, ya?" kata Melia sambil bergumam kesal. Melia memang jago tarian tradisional.
"Sepakat mau nari modern dance, ya?" tanyaku memastikan.
"Yap!" seru Lia, Melia, dan Maryssa berbarengan.
Kemudian, kami mulai berlatih, berlatih, dan berlatih.


Kami sudah ada di gedung serbaguna milik Smachies untuk tampil menari dalam acara Class Meeting. Kami mendapat urutan nomor 012. Tidak sedikit peserta yang menari tarian tradisional. Tapi, ada juga yang menari modern dance seperti kami. Saat ini, nomor urut 011 sedang tampil.
"Nomor urut 012, silakan maju ke depan!" seru MC lagi.
Kami semua menuju panggung dengan semangat, kecuali Melia, mungkin karena dia belum terlalu hafal gerakan - gerakannya.
"Oke, sekarang tampilkan tarian kalian!" pinta juri. Aku tidak tahu siapa nama juri itu, karena dia bukan guru di Smachies.
Sekarang, kami sudah selsai tampil. Kami duduk di bangku khusus peserta lomba sembari menunggu para juri berunding untuk menentukan siapanyang akan menjadi juara.
Saat ini, sudah waktunya pengunguman peserta yang menang.
"Yang mendapat juara ketiga adalaaah ... Chika, Tika, Mikha, dan Malika! Waaah, inisial belakangnya menggunakan ka semua, ya?" seru MC itu.
"Iya, inisial belakang kami ka semua," kata Mikha.
"Ini pialanya," kata MC sembari memberi sebuah piala berwarna keemasan dan ada keramik di bagian tengah, "dan ini hadiahnya" kata MC itu lagi sambil memberi hadiah yang berisi uang sejumlah RP 100.000,00.
"Terima kasih semua!" kata Chika.
Setelah itu, mereka semua turun dari panggung dan duduk kembali di tempat duduk khusus peserta lomba.
"Teman - teman, kita bakal juara berapa, ya?" tanya Melia yang penasaran.
Juara kedua lomba menari adalah Fira, Mutia, Lola, dan Kirana.
"Juara pertamanya adalaaah ...," teriak MC tersebut, membuat kami deg - degan, "Ditha, Lia, Melia, dan Maryssa! Selamat, ya!" tambahnya.
Kami melompat kegirangan dan langsung naik ke atas panggung.
"Ini piala dan hadiahnya..." Kali ini, yang memberikan piala dan hadiah bukan MC, melainkan kepala sekolah Smachies, yaitu Pak Henry.
Selain piala, masih ada dua hadiah lagi. Yang pertama, uang sejumlah RP 200.000,00. Yang satu lagi, alat tulis, dan tempat pensil.
"Horeee!" kami bersorak gembira sambil mengangkat piala dan hadiah tersebut.
"Selamat, yaaa!" seru MC.
Setelah itu, kami segera turun dari panggung.
"By the way, siapa, nih, yang mau bawa piala dan hadiahnya?" tanya Lia.
"Gimana kalau Ditha? Ditha, kan, ketuanya," usul Maryssa.
"Oke! Enggak apa - apa, kok," jawabku sembari membawa piala dan hadiah yang dari tadi dipegang erat oleh Maryssa.
Setelah keluar gedung, kami sudah dijemput []